PADEK.JAWAPOS.COM—Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyatakan bahwa prevalensi penyakit nyeri sendi asam urat di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu berdasarkan diagnosis 11,9 persen dan berdasarkan gejala 24,7 persen.
Pada artikel ilmiah oleh Widyanto tahun 2014 disebutkan penyakit nyeri asam urat ini menempati posisi ketiga penyakit nyeri terbanyak setelah osteoartritis dan rematik luar sendi.
Sementara itu, dari buku Asuhan Keperawatan Gerontik yang ditulis La Ode (2012), penyakit asam urat adalah kondisi yang disebabkan oleh naiknya kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat yang berlebihan akan menumpuk di jaringan tubuh dan menyebabkan inflamasi (peradangan) pada persendian.
Hal itu disampaikan oleh Tim PKM Capsicens Jurusan Farmasi Universitas Andalas (Unand) yang beranggotakan Amilia Salsabila, Aulia Desvita Sari, Rahma Aprilya Jonisa, Vannesha Yuningzia, dan Yasmin Raudhatul Jannah.
Perwakilan Tim PKM Capsicens Unand Amilia Salsabila menjelaskan, secara alami asam urat adalah senyawa yang diproduksi oleh tubuh untuk memecah purin. Purin ini merupakan zat alami dengan beberapa fungsi penting bagi tubuh, seperti mengatur pertumbuhan sel dan menyediakan energi.
Setelah digunakan oleh tubuh, asam urat akan dibuang melalui urine. Namun, kadang-kadang tubuh dapat memproduksi terlalu banyak asam urat atau ginjal tidak mampu mengeluarkan cukup asam urat.
Ia menambahkan, ketika ini terjadi, asam urat dapat menumpuk dan membentuk kristal urat yang tajam seperti jarum di sendi atau jaringan sekitarnya, sehingga menyebabkan rasa sakit, peradangan, dan pembengkakan.
Penyakit asam urat merupakan kondisi terjadinya penumpukan kristal Monosodium Urat (MSU) dalam jaringan sendi dan dapat muncul pada keadaan akut maupun kronis.
Disebutkan, terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan kadar asam urat dalam tubuh meningkat, seperti pola makan yang salah di mana mengkonsumsi daging secara berlebihan, terlalu banyak mengonsumsi minuman dengan gula tinggi dan minuman beralkohol, berat badan berlebih atau tidak ideal.
Dikutip dari buku Deteksi Dini, Gejala, Pencegahan, dan Pengobatan Asam Urat (2012), gejala dari penyakit nyeri sendi pada asam urat ini ditandai dengan sendi mendadak terasa sangat sakit.
Kesulitan untuk berjalan akibat sakit yang mengganggu, khususnya di malam hari, nyeri akan berkembang dengan cepat dalam beberapa jam dan disertai nyeri hebat, pembengkakan, rasa panas, serta muncul warna kemerahan pada kulit sendi.
“Saat gejala mereda dan bengkak pun mengempis, kulit di sekitar sendi yang terkena akan tampak bersisik, terkelupas dan terasa gatal. Meski gejala penyakit ini bisa mereda dengan sendirinya, harus tetap dilakukan pengobatan untuk mencegah risiko kambuh dengan tingkat gejala yang meningkat,” katanya.
Pengembangan obat dari bahan alam semakin mendapat perhatian di kalangan peneliti dan masyarakat. Bahan-bahan alami seperti tanaman obat dan rempah-rempah terbukti memiliki potensi besar dalam pengobatan berbagai penyakit.
Selain lebih ramah lingkungan, Amilia mengungkapkan, obat dari bahan alam juga sering kali memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat sintetis. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bahan-bahan alam dapat menjadi alternatif efektif untuk terapi medis konvensional. Contohnya cabai rawit.
Dari berbagai penelitian, cabai rawit dapat menjadi alternatif dalam pengobatan nyeri, karena dapat menghambat senyawa yang memicu peradangan. Pada penelitian yang dilakukan Ismail dkk (2022), kandungan yang bernama capsaisin pada cabai rawit terbukti memiliki efek antiinflamasi yang dapat mengobati nyeri sendi pada asam urat.
Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penggunaan cabai rawit ini sebagai obat anti nyeri pada artritis gout.
“Oleh karena itu kami tim peneliti melakukan riset yang mana ekstrak cabai rawit dibuat menjadi sediaan obat oles (topikal) berukuran nano yang dibuat dalam bentuk emulsi gel untuk pengobatan antiinflamasi. Sediaan nanoemulsi gel ini dapat meningkatkan penyerapan senyawa aktif ke dalam kulit, sehingga dapat menjadi sistem penghantaran obat yang efektif,” ujarnya.
Lebih lanjut, cabai rawit memiliki potensi antiinflamasi sebagai obat nyeri sendi pada asam urat, karena di dalam cabai rawit terkandung senyawa capsaisin yang berpotensi untuk mengobati antiinflamasi pada nyeri asam urat.
Pengolahan cabai rawit dimulai dari penyiapan cabai rawit yang sudah dipanen hingga dilakukan berbagai perlakuan di laboratorium oleh peneliti. Sehingga, didapat sediaan nanoemulsi gel dari ekstrak cabai rawit. (cr1)
Jumat, 19 Juli 2024 | 10:20 WIB
Silvina Fadhilah
Editor: Adetio Purtama