Posted on Leave a comment

Terapi Kompres Jahe untuk Meredakan Rematik pada Lansia

AYOINDONESIA.COM — Arthritis rheumatoid atau rematik merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui dalam masyarakat dan merupakan salah satu kelompok penyakit yang selalu ditemukan dalam praktik dokter umum.

Penyakit ini ada yang menyerang sendi dan ada pula yang hanya menyerang jaringan sekitar sendi.

Melansir Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Selasa (2/7/2024), Arthritis
rheumatoid (RA) merupakan penyakit autoimun sistemik kronik tulang menyebabkan inflamasi jaringan ikat, terutama di sendi.

Faktor genetik dan lingkungan diyakini berperan dalam perkembangan penyakit ini.

Lansia tidak kebal dari terjadinya RA, insiden terus meningkat setelah usia 60 tahun.

Salah satu tindakan yang terbukti efektif untuk mengurangi nyeri sendiri secara nonfarmakologi adalah dengan menghangatkan yang sakit.

Terapi kompres jahe menjadi alternatif untuk mengurangi nyeri arthritis rheumatoid.

Manfaat jahe ada banyak karena memiliki kandungan enzim siklo oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita arthritis rheumatoid.

Selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah.

Manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 15 menit sesudah aflikasi panas.

Pemberian terapi kompres jahe terbukti memberi pengaruh signifikan terhadap penurunan skala nyeri yang terjadi pada lansia tanpa takut efek samping tertentu bagi tubuh.

Untuk mencapai kesehatan optimal, disarankan untuk lansia melakukan upaya pencegahan nyeri rematik dengan kompres jahe, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan nyeri sendi. ***

Selasa, 2 Juli 2024 | 17:11 WIB
Mega Safira
Editor: Arif Budhi Suryanto

SUMBER: https://www.ayoindonesia.com/lifestyle/0113042650/terapi-kompres-jahe-untuk-meredakan-rematik-pada-lansia

Posted on Leave a comment

Riset Terbaru: Makan Pizza Sepekan Sekali Bisa Ringankan Gejala Rematik! Benarkah?

RASELNEWS.COM – Apakah Anda menderita rematik? Cobalah untuk sering-sering makan pizza. Menurut riset terkini, makan pizza dapat meringankan gejala rematik. Benarkah?

Selama ini, pizza dikenal sebagai makanan yang dapat menyebabkan masalah jika dikonsumsi terlalu banyak.

Namun, dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa menyajikan pizza yang segar dan nutrisinya seimbang bisa menjadi pilihan bergizi bagi penderita reumatoid artritis atau rematik.

Rematik adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada persendian.

Hingga kini, obat untuk rematik belum ditemukan dan hasil sebuah penelitian tersebut menyatakan pizza bisa meringankan rematik, namun apakah informasi ini benar?

Ilmuwan dari Italia menemukan bahwa makan setidaknya setengah porsi pizza sepekan sekali dapat membantu mengurangi rasa sakit akibat rematik hingga 80 persen.

Efek menguntungkan ini kemungkinan didorong oleh keju mozzarella dan, pada tingkat yang lebih rendah, oleh minyak zaitun.

Meski demikian, mereka tidak dapat menilai kemungkinan kontribusi saus tomat, tulis para peneliti.

Untuk penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nutrients ini, para ahli menganalisis konsumsi pizza dan pola makan yang lebih luas dari 365 orang dengan rematik.

Responden tersebut berusia antara 18 hingga 65 tahun.

Peserta yang makan setengah pizza lebih dari sekali per pekan menunjukkan penurunan risiko rematik dibandingkan mereka yang hanya makan kurang dari dua kali per bulan.

Mereka yang menderita rematik lebih parah dan makan pizza dalam jumlah yang sama mengalami penurunan rasa sakit hingga 80 persen.(man)

Reporter: Aman Santoso
Editor: Andri Irawan 01
Ahad 07-07-2024,08:38 WIB

SUMBER: https://radarselatan.disway.id/read/664537/riset-terbaru-makan-pizza-seminggu-sekali-bisa-ringankan-gejala-rematik-benarkah

Posted on Leave a comment

Otot Sering Nyut-nyutan, Tanda Asam Urat atau Rematik?

RASA nyut-nyutan atau cekat-cekit pada persendian tulang atau otot tak asing dialami banyak orang di kehidupan sehari-hari. Beberapa orang menafsirkannya sebagai gejala asam urat, sebagian lain berkeyakinan itu adalah pertanda mengalami rematik.

Pakar Rematologi RSUD Dr. Soetomo- FK UNAIR, Joewono Soeroso mengungkapkan, seringkali memang masyarakat awam kurang tepat dalam membedakan antara penyakit asam urat dengan rematik.

Padahal sebenarnya, penyakit asam urat merupakan satu dari ratusan jenis penyakit rematik yang memiliki gejala dan penyebab yang bervariasi.

Hal ini sebenarnya cukup mengkhawatirkan, mengingat tidak sedikit masyarakat yang kurang memahami tepatnya gejala rematik dengan asam urat.

“Seringkali kalau sudah mengalami nyeri atau linu persendian sudah dianggap ini pasti asam urat atau bisa jadi rematik,” kata Prof. Joewono, melansir dari laman resmi Universitas Airlangga, Sabtu (6/7/2024)

“Lalu mengonsumsi jamu untuk menghilangkan rasa linu. Ini kurang tepat, dan perlu diluruskan,” tambahnya.

Lantas apa yang membedakan antara gejala penyakit asam urat dengan rematik? Sebenarnya, kandungan asam urat di dalam tubuh manusia adalah hasil dari proses metabolisme purin yang punya bentuk menyerupai pecahan kristal tajam.

Purin ini adalah salah satu satu komponen asam nukleat yang ada di dalam setiap inti sel. Kadar asam urat normal pada pria dan perempuan berbeda tentunya, pria berkisar 3,5 – 7 mg/dl, sementara perempuan di kadar 2,6 – 6 mg/dl.

Selain diproduksi sendiri oleh tubuh, purin juga terkandung pada sumber makanan seperti sayuran, kacang-kacangan, daging, dan jeroan. Ini artinya, bahwa asupan yang masuk ke tubuh juga memengaruhi kadar asam urat dalam darah karena makanan yang mengandung zat purin tinggi inilah yang akan diubah menjadi asam urat.

“Penderita asam urat untuk menghindari jenis makanan yang mengandung banyak purin seperti jeroan, udang, cumi, kerang, kepiting, dan ikan teri agar kadar asam urat dalam tubuh tetap stabil,” saran Prof. Joewono

Jika kadar Uric acid meningkat di atas normal, akibatnya terjadi penumpukan kristal tajam di area persendian, seperti jari-jari kaki, tumit, pergelangan tangan, jari tangan dan siku.

Inilah yang disebut dengan ciri klasik asam urat, dimana pada umumnya penderita mengalami podagra atau munculnya benjolan di pangkal jempol kaki yang meradang, sehingga terasa panas dan kaku.

Oleh sebab itu, Prof. Joewono menekankan pentingnya meningkatkan kewaspadaan dengan cara memperhatikan pola makan yang sehat. Pola makan yang sehat dapat diterapkan sejak usia 20-40 tahun.

“Seiring bertambahnya usia, maka meningkat pula asam urat di dalam tubuh. Kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Pada wanita, peningkatan asam urat dimulai sejak memasuki menopause, karena mengalami penurunan hormone estrogen,” pungkasnya.

Selain menjaga pola makan, penderita jug diimbau menghindari aktivitas yang terlalu berat hingga mengakibatkan stress, kelelahan, dan kurang tidur karena semua ini bisa memicu asam urat berpotensi lebih sering kambuh.

Sementara gejala awal rematik umumnya berupa rasa pegal, rasa nyeri atau linu, bahkan kaku di sekitar area persendian. Seperti lutut, siku, pergelangan kaki atau tangan, ruas-ruas jari tangan, hingga pada bagian pinggang.

Dalam kondisi akut, rematik bisa memunculkan terjadinya peradangan. Akhirnya, terjadi gangguan gerak dan lemah pada bagian otot, contohnya badan terasa kaku ketika bangun pagi (morning-stiffness).

Nah, di Indonesia sendiri, ada empat jenis penyakit rematik yang umum dialami kebanyakan masyarakat.

Mulai dari Osteoarthritis atau rematik karena pengapuran, rematik luar sendi yang menyerang jaringan di luar tulang rawan (Extra articulair arthritis), rematik radang sendi yang disebabkan karena tingginya kadar asam urat dalam tubuh (Uric acid arthritis) hingga rematik karena pengeroposan tulang (Osteoporosis).

Jurnalis – Wiwie Heriyani

SUMBER: https://lifestyle.okezone.com/amp/2024/07/06/487/3030731/otot-sering-nyut-nyutan-tanda-asam-urat-atau-rematik

Posted on Leave a comment

Ini 5 Tanda Rematik Yang Bisa Dilihat Di Kuku

DKYLB.COM (03/07/2024) – Rematik atau rheumatoid arthritis adalah masalah autoimun yang diakibatkan peradangan sistemik pada tubuh. Pada umumnya, penyakit itu disebabkan oleh berbagai hal, seperti adanya kombinasi faktor gen dan faktor lingkungan.

Jika seseorang memiliki suatu varian gen tertentu, kerentanan seseorang terhadap penyakit rematik dapat meningkat. Orang yang mengalami rematik biasanya akan mengalami sejumlah gejala, mulai dari nyeri sendi dan otot, gampang lelah, hingga mengalami penurunan berat badan.

Selain gejala tersebut, Anda juga dapat mendeteksi rematik melalui perubahan pada penampilan kuku. Berikut gejala yang dialami kuku bila Anda mengalami rematik

1. Sindrom Kuku Kuning

Menurut jurnal Yellow Nail Syndrome in Rheumatoid Arthritis: An Aetiology Beyond Thiol Drugs, sindrom kuku kuning memiliki kaitan dengan berbagai penyakit ganas dan penyakit autoimun.

Salah satunya, rematik. Adapun rheumatoid arthritis atau rematik menjadi penyebab paling umum yang terjadi pada orang yang menderita masalah autoimun.

Sindrom kuku kuning adalah kondisi saat kuku menjadi lebih tebal, kuning, dan mengalami perlambatan pertumbuhan. Perubahan warna pada kuku itu terjadi karena akumulasi cairan di jaringan sekitar kuku akibat peradangan kronis.

2. Muncul garis coklat (splinter hemorrhages)

Selain mengalami sindrom kuku kuning, bagian bawah kuku dari orang yang menderita rematik umumnya akan tampak garis-garis merah atau coklat. Kondisi ini disebut sebagai splinter hemorrhages.

Garis merah atau coklat pada bagian tersebut muncul akibat pecahnya pembuluh darah. Pendarahan terjadi karena adanya gumpalan kecil yang merusak pembuluh kapiler di bawah kuku

3. Terdapat tonjolan (onychorrhexis)

Onychorrhexis adalah kondisi saat kuku menjadi rapuh dan pecah-pecah dan sering kali disertai dengan tonjolan vertikal. Kondisi tersebut ditemukan pada pasien yang mengalami nyeri pada sendi seperti rematik.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Rheumatology pada 2023, onychorrhexis disebutkan sering muncul pada pasien dengan tingkat peradangan yang tinggi.

4. Kuku melengkung (clubbing)

Mendeteksi rematik juga dapat dilihat dari kondisi bagian kuku yang mulai melengkung ke bawah. Kondisi ini biasa disebut dengan clubbing. Kondisi ini umum terjadi pada penderita rematik.

Clubbing disebabkan oleh peradangan dan proliferasi pembuluh darah kecil yang terjadi di bagian dasar kuku. Selain rematik, clubbing juga umum terjadi pada orang yang menderita ankylosing spondylitis yang merupakan merupakan penyakit peradangan sendi, terutama pada sendi tulang belakang.

5. Onikolisis

Onikolisis adalah kondisi saat kuku terpisah dari dasar kuku sehingga jadi menciptakan ruang kosong pada bagian bawah kuku.

Dilansir dari laman Health Central, kondisi tersebut terjadi ketika kuku secara bertahap terpisah dari dasar kuku di bawahnya sehingga meninggalkan bekas putih di bawah kuku.

Meski tidak menyebabkan rasa sakit, tapi celah yang terbentuk dapat menjadi tempat berkembang biaknya infeksi. Itu tadi lima gejala rematik yang bisa dilihat melalui kuku. Jika mengalami hal tersebut, pastikan Anda segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk memastikan penyakit yang dialami.

Selain gejala tersebut, penderita rematik umumnya juga kerap merasakan nyeri pada sejumlah bagian tubuh. Hal ini biasanya kerap menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga bisa menggangu aktivitas Anda.

Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk segera mengobatinya agar bisa melakukan aktivitas dengan nyaman.

SARAH ANDINI
Tim DKYLB 01
Rabu, 3 Juli 2024 | 13:16 WIB

SUMBER: https://www.dkylb.com/terkini/31813048200/ini-5-tanda-rematik-yang-bisa-dilihat-di-kuku

Posted on Leave a comment

Apakah Mandi Malam Menyebabkan Rematik? Simak Mitos dan Faktanya

Oleh: dr. Sandra Sinthya Langow, SpPD, KR
Terakhir diubah pada 01 Juli 2024 • 4 menit waktu baca

Table of Contents

* Apa itu Rematik?
* Mitos dan Fakta Tentang Rematik
* * Mandi Malam Menyebabkan Rematik
* * Mengonsumsi Sayuran Hijau Menyebabkan Rematik
* * Pijat dan Sandal Acupressure Dapat Menyembuhkan Rematik
* * Rematik Adalah Penyakit Orang Tua
* * Wanita Lebih Berisiko terhadap Rematik
* * Minum Jamu dan Obat Herbal Dapat Menyembuhkan Rematik
* * Rematik Tidak Dapat Disembuhkan

Rematik adalah suatu kondisi medis yang berhubungan dengan gangguan pada otot, sendi, dan struktur di sekitarnya. Sering kali kondisi ini dikaitkan sebagai akibat dari kebiasaan mandi malam. Nyatanya, hal ini adalah mitos yang perlu diluruskan. Karena faktanya, mandi malam tidak menyebabkan mitos, melainkan dapat memperparah kondisi rematik bagi seseorang yang sudah terkena rematik.

Untuk menghindari pemahaman yang salah mengenai penyakit rematik, mari simak penjelasan dr. Sandra Sinthya Langow, Sp.PD, KR dari Siloam Hospitals – Lippo Village pada kanal Youtube Siloam Hospitals berikut ini.

Apa itu Rematik?

Penyakit rematik adalah suatu kondisi medis yang mengacu pada sekumpulan penyakit (lebih dari 80 jenis), yang berkaitan dengan kelainan otot, sendi, dan struktur di sekitarnya. Berikut merupakan jenis-jenis rematik atau dua golongan rematik:

* Rematik autoimun. Penyakit yang termasuk ke dalam rematik autoimun adalah rheumatoid arthritis (peradangan pada area sendi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang persendian yang sehat) dan lupus (peradangan autoimun yang bisa menyerang organ-organ tertentu, misalnya sendi, kulit, dan ginjal).

* Rematik non-autoimun. Penyakit yang termasuk ke dalam rematik non-autoimun adalah osteoarthritis (pengapuran sendi akibat kerusakan tulang rawan) dan gout arthritis (asam urat tubuh yang terlalu tinggi, sehingga menyebabkan radang sendi).

Mitos dan Fakta Tentang Rematik

Penting untuk membedakan antara mitos dan fakta tentang rematik agar dapat memberikan perawatan yang tepat dan mendukung mereka yang hidup dengan kondisi ini. Berikut adalah beberapa mitos dan fakta tentang rematik yang perlu diketahui.

* Mandi Malam Menyebabkan Rematik

Hal ini adalah mitos. Mandi malam tidaklah menyebabkan rematik, namun dapat memperparah kondisi seseorang yang sudah mengidap rematik. Hal ini dikarenakan udara dingin atau air dingin dapat mengakibatkan perubahan konsistensi cairan sendi yang dapat memperparah kekakuan otot dan sendi.

* Mengonsumsi Sayuran Hijau Menyebabkan Rematik

Hal ini adalah mitos. Faktanya, sayuran hijau memiliki kandungan anti-inflamasi atau anti-radang yang sehat sekali bagi tubuh, sehingga penting untuk mengonsumsi sayur hijau. Contoh makanan yang harus dihindari bagi pasien dengan kondisi rematik adalah makanan yang diproses berlebih (ultra-processed food), daging yang berlebihan, makanan yang terlalu asin dan manis, serta makanan yang digoreng.

* Pijat dan Sandal Acupressure Dapat Menyembuhkan Rematik

Hal ini adalah mitos. Pijat memang bermanfaat untuk memperlancar aliran darah dan relaksasi, tetapi sebaiknya penderita rematik perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Jika pijat diperlukan, maka sebaiknya dilakukan oleh profesional medis.

Begitu juga dengan sandal acupressure. Sandal tersebut bukanlah pengganti untuk perawatan medis yang komprehensif dan harus digunakan dengan bijaksana serta dengan saran dari profesional medis. Karena itu, konsultasikan penggunaannya kepada dokter terlebih dahulu.

* Rematik Adalah Penyakit Orang Tua

Hal ini tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, rematik tidak hanya menyerang orang tua saja, tetapi juga dapat dialami oleh anak muda. Konsultasikan dengan dokter apabila terdapat keluhan pada sendi untuk mencari penyebab dan diagnosis yang pasti.

Beberapa penyakit rematik berkaitan dengan pola hidup yang tidak sehat, seperti kegemukan atau obesitas, merokok, ataupun jarang olahraga. Sehingga, disarankan untuk mengubah pola hidup secara dini agar dapat mengurangi risiko rematik.

* Wanita Lebih Berisiko terhadap Rematik

Hal ini fakta. Sebagian besar kasus penyakit rematik dominan menyerang wanita, seperti rheumatoid arthritis dan lupus. Selain itu, penyakit rematik yang terjadi pada lansia juga lebih sering dialami oleh wanita.

Akan tetapi, pada kasus penyakit ankylosing spondylitis (bamboo spine), diketahui lebih sering terjadi pada pria. Jadi, meskipun wanita lebih berisiko rematik, pria juga harus tetap waspada.

* Minum Jamu dan Obat Herbal Dapat Menyembuhkan Rematik

Hal ini mitos. Cara mengobati rematik dilakukan dengan spesifik tergantung pada penyebabnya. Nyeri sendi yang terus muncul harus segera dikonsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pengobatannya tepat.

Pada prinsipnya, terdapat beberapa obat tradisional yang sudah terdaftar yang mungkin bermanfaat bagi kesehatan. Namun, pastikan untuk selalu menggunakan jamu dan obat herbal dalam pengawasan profesional medis untuk menghindari perburukan gejala.

* Rematik Tidak Dapat Disembuhkan

Hal ini tergantung pada jenis penyakitnya. Soft tissue rheumatism atau penyakit rematik pada jaringan lunak, sepert trigger finger (jari kaku) atau plantar fasciitis bisa disembukan dengan cara penanganan yang benar.

Namun perlu diketahui, penyakit autoimun seperti osteoarthritis (pengapuran) dan lupus tidak bisa disembuhkan secara total, sehingga membutuhkan pengobatan dengan jangka panjang. Segera cari bantuan pada profesional medis jika terdapat gejala nyeri pada sendi.

Sebagai langkah pencegahan, lakukan perbaikan pola hidup menjadi lebih sehat. Konsumsi sayur-mayur dan berolahragalah secara rutin untuk mengurangi risiko kemungkinan terkena penyakit rematik.

Perlu diketahui, bahwa informasi yang disebutkan di atas tidak spesifik mewakili kondisi penyakit rematik. Karena itu, jika Anda atau kerabat merasakan gejala yang mengarah pada penyakit rematik, segera kunjungi Siloam Hospitals terdekat untuk berkonsultasi dan mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Anda juga bisa menggunakan fitur Telekonsultasi melalui aplikasi MySiloam untuk melakukan konsultasi secara online dengan dokter terkait. Mari jaga kesehatan anda dan keluarga #BersamaSiloam!

SUMBER: https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/video/mitos-fakta-rematik

Posted on Leave a comment

6 Mitos Rematik yang Sering Bikin Salah Kaprah, Cek Faktanya di Sini!

Rematik menjadi salah satu penyakit yang sering banget dianggap remeh. Banyak yang mengira kondisi ini hanya sebatas pegal-pegal biasa atau radang sendi yang tidak terlalu berbahaya.

Liputan6.com, Jakarta Rematik menjadi salah satu penyakit yang sering banget dianggap remeh. Banyak yang mengira kondisi ini hanya sebatas pegal-pegal biasa atau radang sendi yang tidak terlalu berbahaya. Padahal kenyataannya, rematik bisa jadi momok menakutkan jika diabaikan dan tidak ditangani dengan benar dari awal. Penyakit ini bisa menyerang persendian dan tulang hingga membuat penderitanya kesulitan bergerak bebas di hari tua nanti.

Di tengah dampak buruk masalah rematik bagi kesehatan, ternyata masih banyak yang salah paham karena sudah terpengaruh mitos-mitos seputar rematik yang beredar di masyarakat. Mulai dari anggapan rematik cuma penyakit orang tua, sampai kepercayaan kalau tidur di lantai bisa membuat rematik kambuh.

Nah, sebelum kesalahpahaman itu makin meluas, setiap orang perlu meningkatkan pengetahuan seputar masalah rematik, agar tidak terlalu larut dalam mitos. Berikut sejumlah mitos tentang rematik yang sering bikin salah kaprah, dan fakta yang bisa jadikan pegangan.

1. Mitos: Rematik Hanya Menyerang Persendian

Faktanya, rematik bukan hanya menyerang sendi saja. Penyakit autoimun ini juga bisa menyebabkan peradangan pada bagian tubuh lain, seperti paru-paru, jantung, mata, bahkan kulit. Sehingga gejala rematik tidak hanya ditandai pada masalah persedian, tetapi juga sesak nafas dan ruam kulit. Di samping itu, rematik juga berpotensi merusak pembuluh darah dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh peradangan kronis yang terjadi di seluruh tubuh. Akibatnya, penderita berisiko mengalami masalah kardiovaskular seperti stroke atau serangan jantung.

2. Mitos: Rematik Hanya Menyerang Orang Tua

Faktanya, rematik bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak dan anak muda. Memang rematik lebih sering terjadi pada rentang usia 45 – 60 tahun, tapi bukan berarti rentang usia di bawah itu akan kebal terhadap penyakit tersebut jauh lebih kebal. Pada orang tua, tulang rawan pelindung sendi cenderung menipis dan cairan pelumas sendi pun berkurang. Kondisi ini memudahkan terjadinya gesekan dan kerusakan pada persendian, sehingga meningkatkan risiko rematik.

Meskipun demikian, rematik juga dapat menyerang anak muda. Salah satu penyebabnya adalah faktor genetik yang kuat, terutama pada jenis rematoid artritis, sehingga memicu munculnya suatu penyakit pada usia yang lebih muda. Gangguan sistem kekebalan tubuh (autoimun) juga dapat terjadi pada usia muda dan menyebabkan peradangan kronis pada persendian. Jadi, jangan sepelekan gejala rematik hanya karena masih berusia muda.

3. Mitos: Hanya Wanita yang Bisa Terkena Rematik

Faktanya, pria juga bisa terkena rematik, namun dengan rasio lebih kecil 1:3 dari pada wanita. Meskipun rasionya lebih rendah, pria yang terkena rematik dapat mengalami gejala yang sama seperti wanita, seperti nyeri sendi, kekakuan, pembengkakan, dan kesulitan dalam bergerak. Oleh karena itu, penting bagi pria untuk waspada terhadap gejala-gejala tersebut dan segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami masalah pada persendian. Penanganan yang tepat dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi risiko dan mengendalikan gejala rematik pada pria maupun wanita.

4. Mitos: Berolahraga Memperburuk Gejala Rematik

Faktanya, olahraga yang tepat dapat membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fleksibilitas sendi bagi penderita rematik. Olahraga ringan seperti jalan kaki, berenang, atau yoga sangat dianjurkan karena dapat mengurangi gejala rematik. Hindari olahraga dengan intensitas berat atau berlebihan dan tidak sesuai anjuran dokter.

5. Mitos: Perubahan Gaya Hidup Tidak Membantu Mengatasi Rematik

Faktanya, menerapkan gaya hidup sehat seperti mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, menjaga tubuh agar tetap ideal, serta mengatur pola tidur sangat penting untuk mengatasi masalah rematik. Agar radang di persendian tidak semakin parah, hindari mengonsumsi makanan olahan, gorengan yang kaya akan lemak jenuh serta minuman yang mengandung gula tinggi. Selain itu, berhenti merokok akan sangat mengurangi kemungkinan terkena rematik.

6. Mitos: Tidak Ada Pilihan Pengobatan untuk Rematik

Faktanya, saat ini tersedia banyak pilihan terapi dan pengobatan yang dapat membantu mengendalikan gejala dan memperlambat kerusakan sendi akibat rematik. Mulai dari menggunakan obat anti-inflamasi, obat untuk menekan sistem kekebalan, terapi fisik, hingga operasi penggantian sendi jika sudah parah.

Selain menerapkan gaya hidup sehat seperti berolahraga, pertolongan pertama jika rematik kambuh adalah dengan menggunakan NEO rheumacyl Anti Inflammation IBP Gel.

NEO rheumacyl Anti Inflammation IBP adalah inovasi baru gel pereda nyeri yang dilengkapi Active Pro Formula dengan Ibuprofen, tidak lengket, efektif hilangkan nyeri akibat keseleo, cedera olahraga dan rematik. Kandungan bahan aktifnya bekerja secara efektif untuk meredakan nyeri peradangan, serta rasa tidak nyaman yang menyertai kondisi-kondisi tersebut.

Gel ini bisa menjadi teman setia bagi mereka yang memiliki gaya hidup aktif, terutama anak muda yang gemar berolahraga. Sebab aktivitas fisik yang intens seringkali berpotensi menyebabkan cedera atau ketegangan otot. Dengan mengoleskan NEO rheumacyl Anti Inflammation IBP dapat mengurangi rasa nyeri akibat cedera olahraga, sehingga memungkinkan kamu untuk bisa kembali melanjutkan aktivitas.

Untuk hasil yang maksimal, oleskan 3-4 kali sehari secara merata pada area nyeri. Jangan digunakan pada kulit yang luka atau iritasi.

Itulah mitos dan fakta seputar masalah rematik, dengan memahami perbedaannya, diharapkan kamu jadi dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengendalikan gejala rematik dan meningkatkan kualitas hidup yang lebih sehat. Konsultasikan masalah kesehatan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.(*)

Elma Salsabila
30 Jun 2024, 00:00 WIB

SUMBER: https://www.liputan6.com/health/read/5623468/6-mitos-rematik-yang-sering-bikin-salah-kaprah-cek-faktanya-di-sini

DITAMPILKAN JUGA DI: https://headtopics.com/id/6-mitos-rematik-yang-sering-bikin-salah-kaprah-cek-55027770

Posted on Leave a comment

Bagaimana Bisa Jantung Terserang Rematik? 4 Faktor Ini Diduga Menjadi Penyebabnya

Demam rematik sendiri dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus grup A, atau Streptococcus pyogenes (demam scarlet).

Liputan6.com, Bandung – Rematik tidak hanya menyerang persendian dan otot dalam tubuh. Pasalnya penyakit yang merupakan induk dari penyakit asam urat hingga kesemutan indentik dengan pegal dan linu.

Namun tahukah Anda bahwa organ jantung juga dapat terserang rematik? Penyakit jantung rematik disebabkan oleh demam rematik yang tidak tertangani.

Menurut dr. Pittara di laman Alo Dokter, demam rematik sendiri dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus grup A, atau Streptococcus pyogenes (demam scarlet).

“Infeksi tersebut menyebabkan tubuh menghasilkan respons sistem kekebalan yang menyerang jantung,” ujarnya dicuplik Rabu, 26 Juni 20024.

Pittara mengatakan ada 4 faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit jantung rematik, yaitu:

– Tidak mendapatkan pengobatan infeksi Streptococcus secara tuntas, atau mengalami infeksi berulang

– Tinggal di lingkungan yang padat dan kumuh

– Sulit mendapatkan antibiotik

– Jarang mencuci tangan, terutama setelah bersin, batuk, atau sebelum makan

Demam rematik adalah peradangan yang terjadi di berbagai organ tubuh, termasuk jantung. Jika tidak segera ditangani, demam rematik dapat menyebabkan penyempitan atau kebocoran pada katup jantung. Akibatnya, penderita bisa terkena penyakit jantung rematik.

“Penyakit jantung rematik adalah kerusakan katup jantung akibat komplikasi dari demam rematik. Jika tidak segera mendapatkan penanganan, penyakit jantung rematik berisiko menyebabkan gagal jantung,” kata Pittara.

Penyakit jantung rematik bisa dialami oleh siapa saja. Namun, penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak usia 5–15 tahun.

Penyakit jantung rematik adalah komplikasi dari demam rematik. Maka dari itu, pasien umumnya mengalami gejala demam rematik terlebih dahulu, seperti:

– Demam

– Nyeri sendi

– Lemas- Benjolan di bawah kulit

– Ruam kemerahan di kulit

– Kelelahan

– Gerakan tiba-tiba pada otot atau kaki (chorea)

Selain itu, kerusakan pada katup jantung umumnya menimbulkan berbagai gejala, antara lain:- Nyeri dada- Sesak napas- Pembengkakan pada perut, tangan, atau kaki- Bising jantung- Jantung berdetak cepat

Pengobatan Dokter

Segera periksakan diri ke dokter jika Anda atau anak Anda mengalami gejala di atas atau bila gejala yang dialami sudah parah. Pertolongan medis juga diperlukan bila muncul gejala lain, seperti:

– Linglung

– Nyeri dada

– Sulit bernafas

– Pembengkakan dan nyeri pada sendi tubuh, seperti di lutut atau pergelangan kaki

– Penurunan kesadaran

Dokter akan terlebih dahulu menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien, kemudian melakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu, dokter akan menjalankan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis, meliputi:- Tes darah, untuk menghitung kadar sel darah putih yang dapat menandakan infeksi atau peradangan

– Foto Rontgen dada, untuk mengetahui kondisi paru-paru dan mendeteksi pembesaran pada jantung

– Elektrokardiografi, untuk menghitung denyut jantung dan memeriksa aktivitas listrik jantung

– Ekokardiografi, untuk mendeteksi kelainan pada jantung, pembuluh darah, aliran darah, dan kemampuan otot jantung dalam memompa darah- MRI jantung, untuk mendeteksi kondisi katup jantung dan otot jantung

Pengobatan penyakit jantung rematik tergantung pada gejala, usia, dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Metode pengobatannya antara lain:

Dokter dapat meresepkan beberapa obat-obatan untuk menangani gejala penyakit jantung rematik dan mencegah perburukan kondisi pasien. Jenis obat-obatan yang dapat diberikan oleh dokter antara lain:

1. Antibiotik

Pemberian antibiotik harian dalam jangka panjang dilakukan untuk mengobati demam rematik pada anak-anak dan dewasa muda. Hal ini untuk mencegah kekambuhan atau komplikasi demam rematik.

2. Steroid

Steroid diresepkan oleh dokter untuk meredakan peradangan pada jantung dan bagian tubuh lainnya.

Operasi juga dapat dilakukan bila penyakit jantung rematik makin memburuk dan tidak membaik dengan obat-obatan. Operasi dilakukan dengan cara memperbaiki atau mengganti katup jantung yang rusak.

Komplikasi dan Pencegahan Penyakit Jantung Rematik

Penyakit jantung reumatik yang tidak mendapatkan penanganan dengan segera berisiko menimbulkan komplikasi serius, di antaranya:- Gangguan irama jantung (aritmia)

– Atrial fibrilasi

– Gagal jantung

– Endokarditis

– Robekan pada katup jantung

Penyakit jantung reumatik dapat dicegah dengan menghindari berbagai faktor yang menyebabkan infeksi bakteri Streptococcus. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit jantung rematik adalah:

– Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum mengolah makanan atau sebelum makan

– Menghindari penyebaran bakteri dengan tidak berbagi peralatan makan, handuk, dan sarung bantal

– Menutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk

– Mengonsumsi makanan bergizi lengkap seimbang

– Mencukupi waktu tidur malam dan istirahat

– Menjalani pemeriksaan jantung dan mengonsumsi antibiotik bila memiliki riwayat demam rematik

Jantung adalah organ tubuh yang terdiri dari kumpulan otot yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Secara rerata, jantung manusia berdenyut 72 kali per menit dalam status beristirahat dan memompa 4 hingga 7 liter darah pada tiap menitnya.

Untuk itu sayangilah jantung Anda. Tetap lakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan jangan lupa berolahraga serta berdoa.

Arie Nugraha
Diperbarui 01 Jul 2024, 03:00 WIB

SUMBER: https://www.liputan6.com/regional/read/5631344/bagaimana-bisa-jantung-terserang-rematik-4-faktor-ini-diduga-menjadi-penyebabnya


Demam rematik sendiri dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus grup A, atau Streptococcus pyogenes (demam scarlet).

Rematik tidak hanya menyerang persendian dan otot dalam tubuh. Pasalnya penyakit yang merupakan induk dari penyakit asam urat hingga kesemutan indentik dengan pegal dan linu.

‘Infeksi tersebut menyebabkan tubuh menghasilkan respons sistem kekebalan yang menyerang jantung,’ ujarnya dicuplik Rabu, 26 Juni 20024. ‘Penyakit jantung rematik adalah kerusakan katup jantung akibat komplikasi dari demam rematik. Jika tidak segera mendapatkan penanganan, penyakit jantung rematik berisiko menyebabkan gagal jantung,’ kata Pittara.

Selain itu, kerusakan pada katup jantung umumnya menimbulkan berbagai gejala, antara lain:- Nyeri dada- Sesak napas- Pembengkakan pada perut, tangan, atau kaki- Bising jantung- Jantung berdetak cepat Pengobatan penyakit jantung rematik tergantung pada gejala, usia, dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Metode pengobatannya antara lain:

01/07/2024 04.10.00
liputan6dotcom

Reading Time:
37 sec. here
5 min. at publisher

Quality Score:
News: 28%
Publisher: 83%

SUMBER: https://headtopics.com/id/bagaimana-bisa-jantung-terserang-rematik-4-faktor-ini-55066901

Posted on Leave a comment

dr Zaidul Akbar Anjurkan Konsumsi Makanan Ini untuk Atasi Rematik

MEDIALAMPUNG.CO.ID – Rematik digolongkan ke dalam penyakit serius, tidak bisa diabaikan.

Penyakit ini muncul akibat dari peradangan sendi kronis yang disebabkan oleh gangguan autoimun.

Rasa nyeri yang ditimbulkan penyakit rematik ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Untuk mengatasi rematik ini secara cepat dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Tetapi, ada beberapa makanan yang mudah ditemui memiliki khasiat untuk mengatasi penyakit yang cukup mengganggu ini.

dr Zaidul Akbar membagikan resep untuk mengatasi rematik dengan beberapa makanan yang bisa dicoba dikonsumsi secara rutin.

“Rutinkan ikhtiar, dengan izin Allah, sendi-sendi yang sakit atau rematik bisa sembuh,” kata dr Zaidul Akbar.

Makanan tersebut bawang putih, teh hijau dan kayu manis.

1. Bawang Putih

“Bawang putih terbukti ampuh dalam mengatasi radang sendi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat rematik alami, seperti misalnya rheumatoid arthritis atau osteoarthritis,” ucap dr Zaidul Akbar.

2. Teh Hijau

Teh hijau dikenal kaya akan kandungan polifenol yang merupakan antioksidan, dan dapat membantu menurunkan peradangan dan nyeri sendi yang disebabkan rematik.

“Senyawa aktif dalam teh hijau dapat mengubah respons tidak normal pada sistem imun tubuh penderita rematik, sehingga dapat mengurangi derajat keparahan penyakitnya,” kata dr Zaidul Akbar.

3. Kayu Manis

Memiliki sifat antioksidan kuat yang dapat menghambat kerusakan sel akibat radikal bebas.

“Berdasarkan penelitian, kayu manis jika dikonsumsi secara teratur setiap hari, dapat mengurangi nyeri dan pembengkakkan sendi pada penderita rheumatoid arthritis,” tambah dr Zaidul Akbar.(*)

Reporter: Arif Setiawan
Editor: Budi Setiawan
Kamis 27-06-2024,07:25 WIB

SUMBER: https://medialampung.disway.id/read/679853/dr-zaidul-akbar-anjurkan-konsumsi-makanan-ini-untuk-atasi-rematik

Posted on Leave a comment

Mimpi Buruk dan Halusinasi Tanda Kondisi Autoimun?

Studi temukan kaitan antara halusinasi dan kondisi autoimun

Intinya Sih…

  • Mimpi buruk dan halusinasi dapat menjadi tanda awal penyakit autoimun seperti lupus.
  • Studi dilakukan pada 676 orang dengan lupus dan 400 penyedia layanan kesehatan, serta wawancara rinci dengan 69 orang yang hidup dengan penyakit autoimun sistemik.
  • Kekambuhan penyakit autoimun dapat diindikasikan oleh gejala psikologis seperti kelelahan, suasana hati buruk, gangguan tidur dalam mimpi, dan halusinasi.

Timbulnya mimpi buruk dan halusinasi seperti mimpi saat sadar bisa menjadi tanda peringatan awal penyakit autoimun seperti lupus. Ini juga bisa menjadi tanda munculnya kekambuhan.

Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal eClinicalMedicine pada Mei 2024.

Gejala kejiwaan atau neurologis mungkin menjadi petunjuk awal seseorang akan mengalami kekambuhan penyakit autoimun. Mengenali gejala-gejalanya sejak dini bisa menghentikan perkembangan penyakit, atau membantu orang mendapatkan diagnosis akurat yang lebih cepat.

1. Peneliti melakukan survei terhadap 676 orang

Untuk studi baru ini, para peneliti melakukan survei pada 676 orang yang hidup dengan lupus dan 400 penyedia layanan kesehatan. Mereka juga melakukan wawancara rinci dengan 69 orang yang hidup dengan penyakit autoimun sistemik, termasuk lupus, dan 50 dokter.

Survei tersebut mencakup pertanyaan tentang waktu terjadinya 29 gejala kesehatan neurologis dan mental, termasuk depresi, halusinasi, dan kehilangan keseimbangan. Penelitian dilakukan dari tahun 2022 hingga 2023 menggunakan metode campuran.

2. Orang dengan kondisi autoimun bisa mengalami gejala psikologis

Menurut Melanie Sloan, PhD, penulis utama dari studi tersebut, orang yang memiliki penyakit autoimun, termasuk multiple sclerosis dan artritis reumatoid, dapat mengalami gejala psikologis.

Dari analisis yang telah dilakukan, kelelahan dan suasana hati yang buruk sering dilaporkan, yang dialami oleh 3 dari 5 peserta. Angka yang sama juga ditemukan pada orang yang mengalami gangguan tidur dalam mimpi.

Sepertiga dari mereka melaporkan mengalami gejala tersebut lebih dari setahun sebelum timbulnya lupus.

Hanya kurang dari 1 dari 4 pasien yang melaporkan halusinasi, meskipun dalam sebagian besar kasus (85 persen), gejala tersebut tidak muncul sampai sekitar awal penyakit atau setelahnya.

3. Kebanyakan peserta mengalami mimpi yang sangat jelas

Selama wawancara, peneliti menemukan pola tidur mimpi yang terganggu. Sekitar 3 dari 5 orang dengan lupus dan sepertiga orang dengan penyakit rematik lainnya melaporkan mimpi buruk yang sangat nyata dan menyedihkan. Mimpi tersebut terjadi tepat sebelum mereka mengalami halusinasi.

Salah satu pengalaman yang digambarkan peserta adalah rasa ngeri, seperti “pembunuhan, seperti kulit orang terkelupas, dan mengerikan”. Orang-orang juga sering mengalami mimpi ketika mereka merasa hancur atau terjebak.

“Banyak hal yang terjadi saat saya terjatuh dan tidak bisa mendarat, saat saya tidak dapat bernapas dan saat seseorang duduk di dada saya, berada di tempat yang menakutkan dan tidak dapat keluar,” kata salah satu orang yang diwawancarai di Inggris.

Studi baru menemukan adanya hubungan antara penyakit autoimun dan masalah kesehatan mental. Mimpi buruk dan halusinasi ditemukan menjadi pertanda akan adanya kekambuhan penyakit.

Referensi

Sloan, Melanie, James A. Bourgeois, et al. “Neuropsychiatric prodromes and symptom timings in relation to disease onset and/or flares in SLE: results from the mixed methods international INSPIRE study.” EClinicalMedicine, May 1, 2024, 102634.

Rifki Wuda Sudirman

SUMBER: https://www.idntimes.com/health/medical/rifki-wuda-sudirman/mimpi-buruk-dan-halusinasi-tanda-kondisi-autoimun