Posted on Leave a comment

Jaga Kesehatan Tulang dan Sendi dengan Menghindari “Mager”

KOMPAS.com – Penyakit pada bagian tulang dan sendi memang lebih umum dialami pada orang yang tua, namun pada orang muda pun bisa saja terjadi. Faktor yang bisa berkontribusi adalah kurangnya aktivitas fisik alias malas bergerak (mager) dan kekurangan kalsium serta vitamin D.

Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2018, 35 persen masyarakat Indonesia kurang beraktivitas fisik.

Kondisi ini dapat meningkatkan risiko kematian hingga 30 persen dibandingkan dengan yang aktif. WHO bahkan menyebutkan malas bergerak atau gaya hidup sedentari sama bahayanya dengan kebiasaan merokok.

“Gaya hidup modern, termasuk kebiasaan duduk lama di depan komputer, memperburuk kesehatan sendi. Pekerja kantoran sering mengalami nyeri sendi akibat posisi duduk yang statis dan penggunaan komputer berlebihan tanpa istirahat cukup, serta postur tubuh yang tidak ergonomis,” ungkap dr. Adrian Setiaji, residen kedokteran fisik dan rehabilitasi, dalam acara talkshow yang diadakan Etawalin Jakarta Fair beberapa Waktu lalu.

Tulang mencapai kepadatan maksimumnya pada akhir usia 20-an. Jika pada masa pertumbuhan tulang tidak mencapai kepadatan yang optimal, risiko osteoporosis di kemudian hari meningkat.

Ada berbagai jenis olahraga yang disarankan untuk meningkatkan kepadatan tulang, misalnya latihan beban dengan alat atau menahan berat tubuh, hingga latihan keseimbangan dan fleksibilitas untuk mencegah jatuh dan cedera.

“Untuk mencegah osteoporosis dan menjaga kesehatan sendi, rutinlah melakukan latihan peregangan sederhana seperti stretching otot punggung dan kaki, serta olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau yoga,” katanya.

Pola makan

Memperhatikan asupan makanan juga wajib dilakukan untuk menjaga kesehatan tulang dan sendi. Sumber makanan yang tinggi kalsium antara lain susu, keju, yogurt, kacang-kacangan, sayuran hijau (seperti bayam dan brokoli), dan produk olahan kedelai seperti tahu dan tempe.

Sedangkan sumber vitamin D, terutama paparan sinar matahari, ikan berlemak (seperti salmon dan tuna), minyak hati ikan, serta susu dan jus yang diperkaya vitamin D.

Asupan nutrisi penting lainnya adalah magnesium dan Kalium yang terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah-buahan.

Salah satu suplemen yang bisa dikonsumsi untuk menjaga kesehatan tulang dan mengatasi nyeri sendi adalah Etawalin.

“Etawalin diformulasikan dengan bahan alami yang efektif seperti susu kambing dan rempah, sehingga dapat membantu masyarakat menjalani hidup yang lebih sehat dan aktif,” kata Direktur Utama PT Herbathos Untuk Indonesia, Ahmad Zaini, dalam acara yang sama.

03/07/2024, 15:00 WIB
Editor: Lusia Kus Anna

SUMBER: https://health.kompas.com/read/24G03150000468/jaga-kesehatan-tulang-dan-sendi-dengan-menghindari-mager-

Posted on Leave a comment

Pentingnya Rujukan Dokter Sebelum Periksa Kesehatan ke Laboratorium

31/05/2024, 13:06 WIB
Lusia Kus Anna
Editor

KOMPAS.com – Melakukan pemeriksaan laboratorium menjadi bagian tak terpisahkan dari diagnostik yang dilakukan dokter atau pun memutuskan jenis perawatan untuk pasien. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan di lab seharusnya atas rujukan dokter.

Dijelaskan oleh dr.Purnomo Budi Setiawan Sp.PD-KGEH, pemeriksaan laboratorium atau penunjang lain, memiliki konsekuensi yang panjang karena itu butuh pertanggung jawaban profesional, yaitu dokter.

“Dari setiap hasil laboratorium yang dikeluarkan butuh pertanggung jawaban, apa tindakan selanjutnya,” ujarnya di sela acara peluncuran Next Generation Laboratory Automation System di Prodia, Surabaya (30/5/2024).

Ia mengatakan, petugas laboratorium tidak bisa menerangkan kepada pasien tentang hasil pemeriksaan. Jika petugas memberi keterangan yang salah, maka ada dampaknya.

“Ini bukan masalah biaya saja, saya mampu bayar lab lalu bisa seenaknya periksa,” kata dr.Purnomo.

Pemeriksaan lab secara rutin bisa dilakukan oleh pasien yang memiliki penyakit kronis, seperti diabetes atau hipertensi, karena pasien umumnya sudah ditangani oleh dokter.

Menurut dr.Purnomo, di negara maju yang sistem kesehatannya lebih baik, hampir tidak ada pasien yang melakukan pemeriksaan laboratorium atas permintaan sendiri, melainkan harus dengan rujukan dokter.

Seorang dokter yang meminta pasiennya melakukan pemeriksaan penunjang, harus bertanggung jawab jika ada hasil pemeriksaan dengan nilai-nilai kritis. Terlebih ada beberapa hasil pemeriksaan yang memiliki hasil nilai sangat luas dan butuh penjelasan dokter.

“Idealnya semua stakeholder, baik dokter dan pihak laboratorium, membuat panduan untuk memilah mana pemeriksaan yang bisa atas pemeriksaan sendiri dan mana saja yang wajib dengan rujukan dokter,” katanya.

Pemeriksaan penunjang diagnostik saat ini sudah menjadi andalan para dokter untuk menentukan jenis perawatan yang tepat untuk pasien.

“Hasil laboratorium yang akurat dan reliable sangat menentukan hasil penanganan kepada pasien. Jika hasil lab tidak akurat bisa merugikan pasien,” kata dr.Soebagijo Adi Soelistijo Sp.PD-KEMD.

SUMBER: https://health.kompas.com/read/24E31130600268/pentingnya-rujukan-dokter-sebelum-periksa-kesehatan-ke-laboratorium